Friday, December 28, 2018

Kepiting Biru Fresh: Baik Untuk Kesehatan Otak

Kepiting hidup

Kepiting biru yang nama ilmiahnya Callinectes sapidus, artinya dalam bahasa inggris adalah “beautiful swimmer,” banyak dijual di “Asian Shop” maupun di pasar nelayan dalam keadaan hidup atau fresh. Harganya berkisar antara US$ 5 sampai US$ 10 per-kg, tergantung musim. 

Seiring dengan suhu laut yang memanas, panen dimulai dari April sampai Agustus. Sejak Agustus, produksi akan menurun terus sampai Desember. Harga kepiting biru mengikuti fluktuasi panen, ketika melimpah harga di kisaran US$ 5 per-kg, tapi saat produksi berkurang, hargapun naik dua kali lipat, bisa sampai US$ 10 per-kg.

Kepiting dalam kardus

Wilayah penyebaran Kepiting biru terutama di laut Atlantik (bagian barat), berarti pantai timur benua Amerika. Mulai dari negara Canada, terus ke pantai Amerika, termasuk negara bagian Maine, selanjutnya ke North Carolina, Georgia, Florida sampai ke Teluk Meksiko. 

Di negara bagian Maryland, ada semacam tradisi untuk makan kepiting rebus sepanjang musim panas, disebut “East Coast’s Summer Feast,” pesta musim panas pantai timur. Masyarakat dari negara bagian sekitarnya seperti New Hampshire, Vermont dan Massachusetts datang ke Maryland untuk menikmati kepiting.

Kepiting di Maryland cara memasaknya tidak direbus memakai air, tapi dengan penguapan (steaming). Bedanya, kalau direbus, maka daging ketam akan berair (basah), tetapi di-uap menyebabkan daging ketam terasa kering dan lembut, sehingga enak dikunyah.

Manfaat makan daging kepiting, diantaranya karena kandungan mineral dan vitamin yang tinggi. Disamping itu daging kepiting juga mengandung Omega-3, tapi lemak yang rendah, baik untuk kesehatan jantung serta pertumbuhan otak.

Thursday, December 20, 2018

Turunnya Kurs Rupiah dan “The Fed”

Ilustrasi, credit to TribunNews

Dua hari ini, nilai rupiah turun terhadap dolar Amerika, kalau anda jeli, berita berita di media (cetak, digital, audio, visual) menyatakan bahwa, nilai rupiah turun disebabkan oleh “the fed.” Salah satu contoh judul berita adalah: “Rupiah Lesu di Kurs Acuan di Pasar Spot, Gara-gara The Fed!” (CNBC, 20 December 2018).

Apa hubungan antara “the fed” dan nilai rupiah yang melemah? The Fed, tak lain dari The Federal Reserve, bank central Amerika Serikat. Di kita, Bank Indonesia adalah bank sentral yang diantara tugasnya mencetak uang dan menentukan suku bunga. Kemudian menjadi acuan suku bunga bank bank di seluruh Indonesia.

Pada hari Selasa (19 Desember, 2018) waktu Amerika Serikat, the fed mengumumkan kenaikan suku bunga dari 2.25% menjadi 2.5%. Ini adalah kenaikan ke-empat di tahun 2018. Reaksi pasar uang Indonesia berupa turunnya nilai rupiah, dari Rp14,400 menjadi Rp14,500. Arti lain, dolar Amerika menguat.

Hubungan melemahnya rupiah karena naiknya suku bunga “the fed” adalah sebagai berikut:

1. Investor (domestic dan asing) di Indonesia, merasa kenaikan suku bunga di Amerika adalah salah satu peluang mencari untung. Mereka kemudian membawa uang dolarnya ke luar Indonesia untuk diparkir di Amerika.
-Berlaku hukum “supply and demand,” dimana jumlah rupiah lebih banyak dari biasa di pasar, sehingga nilainya turun. Semakin banyak dolar keluar (outflow), maka semakin rendah nilai rupiah.

2. Dengan suku buga dolar meningkat, investor merasa lebih “aman” memegang dolar. Terjadi pembelian dolar dengan memakai rupiah, otomatis menyebabkan rupiah turun.

Kemudian apa yang harus dilakukan oleh pemerintah? Dalam waktu dekat (short term) adalah menaikkan suku bunga, dan biasanya juga operasi pasar dengan membeli rupiah. Keduanya punya resiko. Akan kita bahas di tulisan lain.    

Speed Up: Sugar Cane Sold in Mexican Grocery

Speed Up: Sugar Cane Sold in Mexican Grocery: Price of a binding of sugar canes I am very rare to come to ethnic groceries such as Asian market and Mexican shops. However, if I go...

Freezing Weather in Deeply South in 2017

Last snow in front of my house in Louisiana

We are living in the “deep south,” especially Alabama, Mississippi and Louisiana, experienced “deadly cold” weather last year around December 31, 2017 to early January of 2018. Quite long freezing temperature for areas which reach 410 C in the summer.

On that time, temperature reached below freezing, 22 F and 16 F (-6 C and -9 C) in the last several days. We feel like live in the artic region, so frost.

I myself feel “trouble” if too long to expose to low temperature, it is because human organs such as nervous system and heart can’t work under hypothermia condition.

Then, almost to February, rain was icy like. There was a 20 percent chance of snow. My question then: “Should we have second snow? Wait and see!” Yes, we have snow, but thin snow only, no more than 2 inches. 

I have the question this year: “will we have snow in December 2018 to January 2019?” The answer, I don’t know yet. Just wait until that happen or not.